Secretly Love – Part 7

Secretly Love

secretly love

secretly love part 7

Title : Secretly Love – Part 7

Author : Shin Fujita

Main cast : Choi Minho and Park Hye Ra

Support Cast : Kim Jonghyun, Lee Taemin, Lee Jinki and Krystal Jung,

Genre : Romance , friendship

Rating : General

A/N : Part 7 is coming!! Sedikit curhat nih…aku rasa FF ini bakal lama endingnya ._. , kalau aku sih gak apa –apa kalau buat FF ampe lebih 10 chapter, tapi menurut reader gmna? Kalau FF ini daya tariknya kuran bagi kaliang aku akan mempercepat endingnya. Karna tanpa dukungan dari reader semua aku gak bakal semangat lanjutinnya -_- , jadi kumohon kalian beri saran atau apa mengenai FF gaje ini..gomawo~~ ^^v

Secretly Love

 

Pagi telah mengganti malam. Sinar matahari pun dapat menyelinap masuk ke celah celah jendela. Tapi tampaknya Hye Ra masih tidur di alam sadarnya. Ia tidak menyadari bahwa ada seseorang yang masuk kedalam kamar dan membuka gorden jendela.

“Ireona!” seru orang itu khas dengan suara beratnya.

“Ya! Park Hye Ra! Ireona!” karna tidak mendapatkan respon, orang itu mengguncangkan bahu Hye Ra, Hye Ra menggumam tidak jelas dan kembali tidur.

”Hye Ra! Kau mau aku pakai cara lain,eoh?” orang itu kelihatan kesal. Dan tanpa ditunggu lama lagi, namja tinggi itu menyeret selimut yang menyelimuti Hye Ra.

”Dasar yeoja pemalas! Banguuun! Sudah pagi!”

”Ne! Bawel!” sahut Hye Ra kemudian dan perlahan membuka matanya.  Ia melotot melihat namja yang dihadapannya itu sudah berseragam. Matanya yang masih sembab itu sesekali mengerjap hingga ia kelihatan lucu. ”wajahmu saat bangun tidur lucu juga ya?” ucap Minho seraya memperhatikan wajah Hye Ra. Hye Ra masih tak mengerti apa yang dikatan Minho karna nyawanya belum sepenuhnya terkumpul.

”Jinjja? Hoaaamm~ jam berapa sekarang?” tanya Hye Ra dan mengucek sebelah matanya. ” hampir jam 7 babo! Mandi cepat! Aku menunggumu di bawah!” Minho menjitak kening Hye Ra kemudian keluar dari kamarnya. Minho menyunggingkan senyumnya tiba-tiba, melihat wajah Hye Ra yang begitu imut ketika bangun tidur membuat Minho tak habis membayangkan gadis itu.

Sementara itu Hye Ra berjalan pincang menuju cermin. Ia tertawa melihat dirinya memakai piyama milik Minho. Entah kenapa, ini sangat lucu baginya, baru kali ini ia memakai pakaian pria, dan pria itu Choi Minho. ”Oh Ya! Seragamku mana?” Hye Ra menyentuh jidatnya lupa. Ia lupa, ia tak membawa apapun kecuali buku matematika disini, otomatis ia juga tidak membawa seragam sekolah. Hye Ra mondar mandir di depan kasur, memikir bagaimana ia bisa pergi ke sekolah.

Tapi tiba tiba saja, sorot matanya tearah ke sesuatu yang tergantung di knop pintu lemari. Ia tersenyum lega, kemudian mengambil sesuatu yang rupanya seragam sekolahnya yang sudah tergantung rapi. Di balik kerah seragam itu, terdapat kertas memo bewarna biru langit yang bertuliskan

Semua kebutuhan sekolahmu sudah kusediakan, seragam tergantung di pintu lemari, tas tergantung di balik pintu, sepatu dan yang lainnya sudah tersedia di pintu luar rumahku

 

Minho

”gomawo” ucap Hye Ra tiba tiba. Ia tersenyum senang, karna mendapat perhatian lebih dari Minho, Hye Ra akui dirinya sangat senang. Dan tidak lama sudah itu Hye Ra langsung melongsor ke kamar mandi dan akan bersiap siap.

Choi Minho . Pov

Aku menunggu Hye Ra di meja makan. Disini ada Eomma,Appa,Nenek,dan  Kyuhyun hyung pastinya. Aku hanya diam disini. Tidak berani berbicara sepatah katapun kecuali mereka bertanya padaku. Kenapa? Karna aku tidak terlalu dekat dengan orang tuaku, di rumah ini hanya Kyuhyun hyung yang sering mengajakku bicara atau sekedar main game. Tapi sekarang, aku mempunyai seseorang yang setidaknya bisa menemani kesepianku. Hye Ra. Gadis itu…hmmm entah kenapa aku tertarik dengannya. Tingkahnya yang merepotkan, berisik, dan bawel membuat hal – hal baru hadir dalam hidupku. Aku merasa….cocok dengannya? Atau suka? Ah! Ani! Aku masih bingung.

”Jwe – seonhamnida~ aku terlambat” kami semua menoleh kearah sumber suara. Itu dia! Hye Ra. ”Hye Ra-ssi, ayo kita sarapan bersama” ajak eomma menyambut Hye Ra dengan hangat. Haahh aku tahu maksudnya, eomma akan bertingkah baik di depan Hye Ra, agar Hye Ra mau jadi menantunya. Aku tidak tahu ambisi orang tuaku ini yang ingin sekali menikahkan anaknya dan segera mendapatkan keturunan. Aneh bukan? Iya..tapi itu demi perusahaan dan aku akan segera melakukannya.

”Jadi ini calon menantumu..yeppuda, nenek rugi tidak melihat penampilan kalian diacara pesta kemarin” aku tertegun, nenek tiba-tiba membicarakan pesta itu lagi. Aku akui aku kecewa. Aku kecewa pada Hye Ra yang begitu bencinya padaku hanya karna tunangan itu. Ia pantas benci. Tapi semalam, kenapa ia tidak marah lagi? Apa ia tidak marah denganku lagi kan?

”Aku..aku sebernarnya bukan…”

”Nenek tahu kamu pasti canggung saat itu kan? Hahaha tapi kelihatannya cucu nenek lebih canggung, dia namja yang sangat kaku”

”ne..halmeoni ” aku melihat Hye Ra merasa tertekan, pasti karna ulah keluargaku. Mianhae Hye Ra~ aku tidak bisa melakukan apapun untukmu mengenai ini.

”Oh Ya, setelah sarapan kita berangkat bersama sama ya? Minho, temani Hye Ra sampai ke kelas! Jaga baik-baik calon istrimu!” ucap Appa membuat aku dan Hye Ra sama sama tersedak. ”M-mwo?” Hye Ra terlihat sangat terkejut. Setelah itu ia menundukkan kepalanya, dan kembali ke pikirannya yang tidak kuketahaui. Aku ingin tahu, apa pendapatnya tentang diriku? Apa yang ia suka dariku dan yang tidak di sukainya. Atau aku ingin apa pendapatnya dengan pernikahan ini? Ah! Apa aku terlalu berlebihan? Akhir – akhir ini aku ingin tahu lebih banyak tentang Hye Ra. Apa ini aneh? Apa benar aku menyukainya?

***

”Ya! Jangan dekat-dekat! Aku tidak mau kalau Jinki melihatku denganmu!” seru Hye Ra jengkel dan menjaga jarak dengan Minho. Ia terlihat badmood sesudah sarapan dengan keluarga Minho. Ia terus di sebut-sebut sebagai calon istrinya Minho. Hye Ra sangat benci itu! Malah ia tidak diberi kesempatan untuk berbicara .

” keluarga yang aneh! Kenapa juga kau menjagaku sih?” Hye Ra berdengus dengan menginjak kakinya ke lantai dengan keras. Ia terlihat marah hingga banyak orang orang yang memperhatikannya. Tapi Minho hanya bisa menuruti apa yang dikatakan Hye Ra, ia mengambil jarak sekitar 5 meter dan tetap menatap punggung Hye Ra. ”Sudah kukatakan, aku tidak mau menikah! Tapi mereka mem-”

”Annyeong Hye Ra!” omelan Hye Ra terpotong ketika Krystal mucul di hadapan Hye Ra hingga Hye Ra hampir melompat terkejut. ”Wae?” jawabnya datar.

”Bagaimana malammu tadi? Menyenangkankah?”

”Menyenangkan? Tidak tuh”

”Jinjja? Hmm mana Minho?” tanya Krystal sembari celingukan

”Dia dibelakangku, dia juga mengantarku ke sekolah” ucap Hye Ra cuek dan menoleh kearah Minho. Krystal menyergit, merasa Hye Ra terlihat tidak baik.

”Kalian bertengkar? Kenapa cuek sekali?” Krystal mengikuti Hye Ra yang berjalan pincang, tapi sepertinya Minho sengaja mendahului Hye  Ra dan kembali ke kelas.

”Ani,kami baik-baik saja, hanya saja aku…”

”wae?”

”Aku….merasa aneh” Hye Ra menghela nafas. Ia merasa mood nya sering naik turun . Saat bangun tidur ia begitu senang, tapi ketika sarapan ia merasa kesal dan ingin marah. Tapi kemarahannya itu ingin sekali ia hempaskan pada Minho. Ia tahu yang salah akan pernikahan konyol ini adalah orangtuanya Minho. Namun tetap saja, Choi Minho itu membuatnya ingin terus mengoceh karna kesal.

”Hye Ra-ah!” Hye Ra menoleh seketika ada seseorang yang memanggilnya. Melihat orang itu Hye Ra langsung tersenyum semanis mungkin dan menunduk malu.

”Jinki-ssi,!”

”Annyeong! Kebetulan kita bisa bertemu disini” Jinki, namja itu tersenyum ramah hingga kedua mata sipitnya itu melengkung seperti bulan sabit. Namja yang di taksir Hye Ra itu tak hentinya memamerkan senyuman itu, yang pastinya membuat kaum wanita akan meleleh.

”oya! Aku pernah mengirim SMS padamu, tapi kamu tidak pernah membalasnya, apa kamu sibuk?” tanya Jinki menyelidiki. Hye Ra tampak kegalapan, di liriknya Krystal dan memasang mimik wajah agar Krystal cepat pergi meninggal mereka. ”Mianhaeyo..kemarin aku sangat sibuk dan tidak sempat membalas SMS mu, mianhae” ucap Hye Ra penuh sesal. Ia memang sibuk! Sibuk karna pesta bodoh itu!.

”Gwenchana, hmmm aku kesini untuk memintamu untuk bertemu saat pulang sekolah nanti  di taman belakang  , ada sesuatu yang ingin kubicarakan disana, kamu bisakan?” Jinki menggarut tengukknya yang tidak gatal..Ia jadi gugup dan canggung. Takut-takut ia menatap mata Hye Ra yang selalu membuatnya berdebar. ”Hmm..ne arraseo , pulang sekolah aku akan kesana. Tapi hanya kita berdua?” tanya Hye Ra penasaran.

”N-ne…aku akan menguhubungimu nanti, jangan matikan ponselmu ya?” kekeh Jinki hingga Hye Ra terbuat tertawa. Entah kenapa moodnya kembali membaik setelah bertemu dengan Jinki. Dan di saat itulah, Jinki berpamitan dan masuk kedalam kelasnya.  Hye Ra senyam senyum sendiri dan menerka hal apa yang akan dibicarakan Jinki hingga harus bertemu seserius itu.

Disamping itu, Minho mengintip Hye Ra dan Jinki dari jendela kelas. Sesekali ia berdengus dan menghentakkan kakinya kesal ke lantai. Tak tahu kenapa, ia jadi tidak suka saja.

”Apa yang mereka lakukan? Kenapa Hye Ra terlihat begitu senang?” tanya Minho dalam hatinya. Dan ketika Hye Ra masuk ke dalam kelas, Minho segera duduk tepat di samping Hye  Ra . Minho tak berani membuka mulut. Mereka berdua jadi membisu. Tapi hal itu membuat Minho tidak nyaman. Ingin sekali ia menanyakan sesuatu , tapi cepat – cepat ia kurungkan.

***

Kriiing! Kriiing!!

”Hye Ra-ah! Fighting!” Krystal mengajukan tangannya keatas, memberi semangat pada sahabatnya itu. ” Hah..menyebalkan! Kenapa remedi matematikanya harus di jam istirahat? Huft aku kan ingin makan T.T” keluh Hye Ra seraya menidurkan kepalanya di meja.

”Minho-ssi! Kau tidak memberi semangat untuk Hye Ra?” tanya Krystal karna sedari tadi Minho tak berkata dan hanya fokus terhadap buku tebal yang dibacanya. Ia masih enggan berbicara pada Hye Ra, hanya karna peristiwa pagi tadi mungkin. Bayangan wajah Hye Ra yang bahagia saat bersama Jinki selalu mengiang di pikirannya. Ia jadi sangat…iri.

”Lupakan saja! Namja aneh itu memang sangaaaaat mencintai buku tua yang dibacanya itu. Dia tidak peduli padaku!”oceh Hye Ra acuh tak acuh, hingga membuat Minho menutup bukunya keras. ” Aku tidak peduli?” ucap Minho mengulanginya. ”Ne! Wae?” Hye Ra mendongak dan ingin menantang Minho.

” Apa kau tidak menghargai aku mengajarimu selama ini? Jadi semua yang kulakukan untukmu itu masih kurang? Tidak peduli? Begitu katamu?” Minho meninggi suaranya dan berhadapan dengan Hye Ra penuh amarah. Hye Ra menyerngit bingung, niatnya hanya bercanda, tapi Minho menganggapnya serius.

”Aku..bukan begitu…”

”Aku bingung karnamu! Aku berusaha peduli! Tapi kau tidak pernah menghargai perhatianku!” potong Minho membentak keras dan mendobrak mejanya hingga membuat suara keras. Semua murid menoleh karna Minho yang mendadak marah . Sedangkan Hye Ra terpaku. Tatapan matanya kosong. Kalimat Minho tadi masih melayang di otaknya. ’Kenapa? Aku sekarang tidak mengenalimu? Kau begitu berbeda Choi Minho! Kau jadi sensitif, terkadang kau sangat baik dan kasar padaku’ batin Hye Ra berkata.

”Gwenchana Hye Ra-ah. Mungkin ia merasa tertekan dengan masalahnya atau ia memang aneh. Jangan dipikirkan. Sekarang biar ku antar kau ke ruang Kim sonsaengnim untuk remedi, ne?” Krystal langsung menghibur Hye Ra yang masih terpaku di kursinya. Krystal pun mengandeng tangan sahabatnya itu dan membawanya di depan ruang Kim Sonsaengnim – tempat ia akan remedi matematika.

Park Hye Ra.Pv

Apa aku yang salah? Apa ucapan ku menyakitkinya? Tapi kenapa? Minho terlalu cepat berubah? Tadi malam dan pagi itu ia sangat baik padaku, namun sekarang ia tiba tiba marah gak jelas dan menobrak mejanya begitu saja. Apa aku melakukan kesalahan padanya? Tapi apa? Apa karna mulutku ini?

Agh!! Park Hye Ra! Kenapa aku jadi pusing sendiri? Peduli apanya aku terhadap Choi Minho itu? Toh dia yang marah gak jelas kan? Apa dia bilang? Aku tidak menghargainya? Aku tak peduli? Hello!! Bukankah dia yang tidak peduli?

”Tapi…akhir – akhir ini Minho sangat perhatian denganku…omo!  Apa mulutku yang keteraluan?”

”Hye Ra! Dengan siapa kamu bicara, eoh? Soal sudah di depanmu! Kerjakan soal itu selama 25 menit dari sekarang!” aku hampir tergelonjak dengan suara Kim sonsaengnim yang sudah ada di telingaku. Ah…aku hampir lupa, aku sekarang di ruang Kim sonsaengnim untuk mengerjakan remedi matematika . Karna aku memikirkan Minho, aku hampir lupa semuanya…Oh Ya! Apa tadi Minho juga tidak memberiku semangat?. Huft~ yasudahlah biarkan dia bermarah- marah ria denganku. Yang penting aku harus mengerjakan soal – soal ini dengan semua kemampuanku! Aku sudah belajar!  Aku harus percaya diri akan mengerjakannya dengan baik! Hye Ra fighting!

25 menit kemudian.

”Sonsaengnim..ige..saya sudah selesai” hufft! Selesai juga! Soal yang diberikan sonsaengnim sebelas dua belas sama dengan ulangan kemarin. Dan beruntungnya, apa yang aku pelajari tadi malam dengan Minho masuk kedalam soal semuanya! Haahh entah kenapa aku merasa beruntung karenanya.

”Hmm arraseo, nanti pulang sekolah jangan lupa kembali untuk mengetahui hasil remedimu. Sekarang kamu boleh keluar”

”Ne..kamsahamnida sonsaengnim” aku menunduk memberi hormat dan keluar dengan percaya diri. Saat aku membuka pintu ruang sonsaengnim aku sudah menemukan Krystal disana.

”Gimana?  Apa remedinya lancar?” semprotnya langsung, lantas membuatku terkejut.

”Hmmm..lumayan..ini…berkat Minho” ucapku memelan dan mengedarkan kesemua padangan berharap ada Minho disini, aku ingin berterima kasih padanya.

”Hhaah…seharusnya kau berhati-hati jika berbicara denganya, Minho sekarang sedikit aneh. Tadi saat ku lihat dia dengan kedua sahabatnya, ia selalu diam dan terlihat berfikir. Ah..jinjja~ Sikap laki-laki itu tidak bisa ditebak” Krystal mendesah dan aku membayangkan apa yang dikatakn Krystal tadi.

”Aku..merasa bersalah”

”Tidak perlu..biarkan saja Minho itu. Kajja! Kita segera ke kelas!” Krystal kembali menggandeng tanganku. Aku merasa beruntung mempunyai sahabat sepertinya. Andai saja Minho juga begini kepadaku, setidaknya seperti Jinki memperlakukanku. Aish! Kenapa aku menyebut Minho lagi? Aku kan sudah berniat melupakan itu?

Setiba di kelas, aku duduk di bangku ku. Biasa..disampingku tidak ada Minho, entah lah namja itu pergi kemana. Dan beberapa detik aku dikelas, aku melihatnya. Minho duduk disebelahku dengan buku tebal yang biasa ia baca. Aku sedikit penasaran dengan isi buku tebal itu- karna Minho selalu membacanya. Tapi jika aku bertanya pasti ia tidak mengubrisnya, Minho kan sedang marah padaku u.u.

”bagaimana remedimu?” aku membelalak. Itu suara Minho kan?

”lumayan…” balasku canggung. Aku menoleh, ia tidak mengalihkan pandangannya kebuku itu, ia masih membaca buku tebal itu – memang kebiasaan.

”kapan keluar hasilnya?” kini ia membalikkan sehelai halaman, dan ya..masih membaca bukunya itu . ” pulang sekolah nanti”

”Minho?”

”Hmm?” meski sudah kupanggil, ia masih tekun dengan bukunya itu.

”gomawo” aku menggigit bibirku. Kenapa aku berterima kasih? Sedangkan ia sendiri sedang marah padaku. Eh, tapi kan berkatnya juga aku bisa mengerjakan remedi dengan lancar. Apa aku salah berterima kasih?

”Untuk?”

”hmm…untuk mengajariku matematika selama ini, tanpa mu mungkin aku tidak bisa mengerjakan soal itu” aku menunduk dan kemudian berani menoleh kearahnya. Dan ajaibnya, Minho sudah menatapku, ia menatap mataku begitu dalam, hingga aku merasa mati tegang.

“Kenapa menatapku seperti itu?” aku sedikit menjauhkan jarakku, aku jadi canggung. Kenapa wajahku terasa panas? ”aniya..aku bersyukur Tuhan telah mengetuk pintu hatimu untuk berterima kasih untukku, biasanyakan kau orang yang tak berterima kasih” Minho melipatkan tangannya diatas dada. Ia menatapku angkuh. Aishh! Menyebalkan! Kupikir ia berbicara lembut atau apalah itu, eh rupanya beraninya mengejekku.

”Ya! Kau pikir aku tidak pernah berterima kasih? Kau saja yang peka!” seruku keras. ”Ne! Aku tpeka! Aish! Jelas saja aku emosi padamu tadi! Kau masih belum berubah!”

“Jadi kau ingin aku berubah? Berubah seperti apa? Kau ingin aku menjadi cinderella? Chun hyang? Oh… atau menjadi istri mu, eoh?” teriakku keras. Lantas Minho langsung membungkam mulutku dengan tangannya.

”Sssst! Jangan teriak – teriak! Bagaimana orang – orang tahu, eoh?” bisiknya tepat di telingaku.  Telingaku jadi hangat tiba – tiba, aish! Apa yang kupikirkan? ”Lepas!” aku menepis tangan Minho yang menutup mulutku tadi dan pura-pura tidak peduli.

”Kenapa kau menyungkit hal itu? Kau tidak suka?” ujar Minho membuatku kembali menoleh. “Ne. Aku tak suka dengan paksaan ini! Orangtua kita memaksa kita untuk menikah dini. Ck! Konyol sekali!” aku menatap Minho penuh hina. Pernikahan dan pernikahan lagi! Dengan sekejap kata itu langsung membuatku marah dan muak.

”arraseo~ aku tahu bagaimana perasaanmu. Aku tidak memaksa, terserah denganmu. Jika kau ingin mengakhirinya, akhiri saja!” sahut Minho datar. Aku mengerjap. Ia ingin aku membatalkannya? Entah! Aku tak mengerti.

Aku tidak mengubris ucapannya tadi. Aku memilih diam dan memperhatikannya saja. Minho kembali membaca bukunya. Tapi kulihat ekspresinya tidak tenang seperti biasanya ia membaca buku . Matanya tidak bergerak seperti menatap lurus ke sebuah halaman buku itu. Ia juga membalikkan helai buku dengan kasar hingga helaian itu terobek.

”Wae irae? Kau marah?” tanyaku memberanikan diri. ”ani” jawabnya masih bersi kukuh dengan buku itu. Aku mendesah, kemudian mengangkat bahu tak peduli. Sepeduli apa aku padanya, ia pasti tidak menceritakan semuanya yang membuatnya seperti ini. Apa ucapanku tadi menyinggungnya?.

Choi Minho.Pov

 

Park Hye Ra! Kau benar- benar membuatku ingin marah. Ani! Aku tidak sebetulnya marah, tapi….. Ah! Aku tak bisa menjelaskannya. Aku merasa sangat sensitif hari ini. Aku rasa ini semenjak pagi itu. Saat aku melihat Hye Ra bersama Jinki.  Mereka saling senyum dan tertawa bahagia- sesuatu yang sangat kuinginkan jika bersama Hye Ra. Haah..kapan Hye Ra berlaku seperti itu padaku? Tersenyum dan tertawa hanya untukku dan pastinya tidak ada perkelahian seperti ini. Terkadang aku menyalahkan diriku yang terlalu kaku dengannya, hingga ia juga dingin sama seperti ku. Aaargh!! Kenapa aku ini? Aku dibuat gila karna ini! Apa benar aku menyukainya? Menyukai Hye Ra yang bawel itu?

”Ya! Mau kemana?” aku mencolek lengan Hye Ra dengan pensilku. Sekarang bel terakhir telah berdering , itu artinya semua murid diperbolehkan pulang. Mengenai Hye Ra..aku melihatnya sangat bergegas gegas mengemas bukunya kedalam tas.

”Tidak marah denganku lagi,eoh?” jawabnya yang masih sibuk dengan tasnya itu. Aku berdecak dan berkata ” Marah? Aku tidak pernah bilang jika aku marah padamu kan?”

”Ne..terserah. Minho-ssi! Sepertinya aku harus buru-buru! Tidak ada waktu bicara denganmu! Bye!” Hye Ra melambaikan tangannya kearahku dan langsung berlalu dihadapanku. Aku menyerngit dan berfikir hal apakah yang membuat seburu-buru itu. Tunggu! Bukankah katanya ia mau mengambil hasil remedinya sekarang? Oh..mungkin karna itu.

”lebih baik aku mengikutinya” akupun menyandang tas ku dan mencari keberadaan Hye Ra. Apa salahnya jika aku mengikutinya? Namun tidak beberapa lama aku berjalan aku menemukan Jinki yang sedang mondar mandir di depan mading sekolah. Aku mengerutkan keningku. Kenapa orang itu terlihat panik? Tapi…yang menarik adalah, Jinki sedang membawa satu buclet bunga mawar merah. Hey! Untuk apa orang itu membawa bunga mawar? Atau apakah dia…?

”Hey! Minho!” ada seseorang yang menyentuh bahuku, lantas aku berbalik dan melihat dua sahabatku yang datang tidak undang itu. ”hyung sedang apa disini?” tanya Taemin.”Hmm ani..aku hanya ingin mencari….” aku jadi kegalapan karna Jonghyun menatapku curiga. ”Mencari siapa? Hye Ra kah? Wah..apa tidak cukup bagimu bertemu dengannya di kelas?” Jonghyun tersenyum jahil dan itu hal yang tidak ku suka. Aku tak peduli, dan celingukan mencari Jinki tadi.

”Sial! Dia menghilang!”

Author.Pov

”Chukkae Hye Ra, hasil remedimu bagus! Setidak nilaimu sudah ku tuntaskan. Lain kali kau harus lebih baik dari ini, ara?” ucap Kim seonsaengnim senang.

”Ne.. kamsahamnida sonsaengnim”

”Oya! Guru privatmu adalah Choi Minho kan? Seharusnya kamu berterima kasih padanya. Sudah untung aku memilihkan guru yang sepintar dia, rupanya hasilnya tidak menyia nyikan” Hye Ra tersenyum kikuk atas ucapan sonsaengnim tadi. Terima kasih? Ah.. ia sudah melakukannya, tetapi sepertinya Minho tidak peduli.

Setelah mengambil hasik remedi, Hye Ra keluar dan berjalan seujung koridor sekolah.

Drrt! Ddrrt! Ponsel Hye Ra berdering. Dengan segera ia merenggut ponsel yang ada di saku roknya.

Aku sudah menunggumu di taman sekolah.

 Lee Jinki

”Omo! Aku hampir lupa!”  Hye Ra menyentuh jidatnya dan langsung berlari menuju taman sekolah. Janjinya dengan Jinki hampir ia lupakan.

Sementara itu, Minho masih berada di depan mading. Ia sedang berfikir, entah apa yang dipikirkannya. ”Ayolah Minho…kita pulang saja! Kau mau menunggu siapa sih?” tanya Jonghyun yang mulai resah. “ Mungkin Hye Ra noona sudah pulang hyung, alangkah baiknya jika kita pulang saja!” ajak Taemin kemudian. Tapi Minho tak mempedulikan kedua sahabatnya, ia mondar mandir sambil menampung dagunya dengan jemarinya.

“Hyung! Taemin! Kalian ikut aku!” ajak Minho kemudian dan berjalan lurus entah kemana tujuan.  Yang ingin dicarinya adalah Hye Ra, iya! Ia harus bertemu dengannya entah apa itu tujuannya.

Sedari tadi, Jinki telah menghabiskan waktunya untuk duduk di bangku kayu panjang di terletak di tengah taman sekolah. Taman ini sangat terawat, jelas terlihat dari berbagai  macam bunga dan tanaman yang indah menghiasi taman ini. Tak lupa juga pepohonan yang rindang sekaligus membuat taman ini terasa sejuk.

”Kamu dimana?” gumam Jinki gelisah sembari menatap foto seorang gadis yang ada di ponselnya. Bukan itu…tapi gambar wallpaper ponselnya. Entah dari mana ia mendapatkan foto gadis itu. Sekali lagi, Jinki melirik jam tangannya. Dan kembali mendesah.

”Lee Jinki..kau harus tenang…tarik nafaaas….dan hembuskaaaan” Jinki mencoba menarik nafasnya dan melepasnya layaknya seorang yang sedang melakukan pemanasan senam. Bagaimana tidak?  Hari ini adalah hari yang sangat ditunggu tunggunya. Ia ingin mengakhiri perasaan yang selama ini  ia pendam bertahun –tahun. Dan sekarang adalah saatnya.

”Jinki-ssi!” Jinki mendongak cepat dan langsung berdiri melihat kehadiran gadis yang sangat ditunggu-tunggunya. Ia memasang wajah semanis dan serupawan mungkin , tak lupa dengan senyuman khasnya itu. ”Apa aku terlambat?” tanya gadis itu sembari bediri di hadapan Jinki. Jinki kembali tersenyum dan menggeleng. ”Ayo duduk!” ajaknya dan gadis itu pun duduk.

”ini pertama kalinya aku ke taman dengan seorang yeoja” ucap Jinki tiba-tiba, membuat gadis itu menoleh. ”Jinjja? Aku sering ke taman ini bersama Krystal, sangat sejuk dan menenangkan” gadis itu memejamkan matanya, merasakan angin segar yang menghujur wajahnya. ”Hye Ra…apa kamu mempunyai namjachingu?” tanya Jinki langsung. Ia meremas buclet mawar merah yang ia sembunyikan di balik punggungnya- bertanda ia sangat gugup.

”Ne?”

”Maksudku, apa kamu sudah punya pacar?” ulang Jinki hati hati. Hye Ra – gadis itu tertegun, berpikir sejenak. Pacar? Ia memang tidak punya pacar, tapi mendadak ia jadi curiga dengan Jinki. ”Aku tidak punya, kenapa?” tanya Hye Ra sembari menoleh.

”Kalau namja yang kamu sukai?”

”Hmm…mungkin ada” jawab Hye Ra setelah berfikir. Bodoh! Selama ini ia naksir dengan Jinki , kenapa ia tidak berfikrian saat ini? Yang difikirkan Hye Ra malah hal-hal yang lain. Yakni : ia ingin bertemu dengan Minho dan ingin berterima kasih lagi padanya.

”Nugu? Maksudku siapa yang kamu sukai?”

”Ha? Hmmm…aku..dia..” Hye Ra mengepal tangannya erat. Bingung harus mengatakan apa, selama ini ia memang menyukai Jinki, tapi sekilas ia mengingat apa yang pernah diucapkan Krystal beberapa hari yang lalu.

Flashback

”Krystal-ah.. aku hanya suka sama Jinki! Lee Jinki! Kau tahu kan? Aku sudah menaksir nya saat kita baru masuk ke sekolah ’Shining High School’?”

”Iya aku tahu… tapi rasa sukamu itu hanya ababil! Alias LABIL dan ABAL ABALAN! Kau hanya suka, tidak lebih dari itu. Cinta dengan rasa suka itu berbeda Hye Ra –ah”

 

Iya kalimat itu ‘ Cinta dengan suka itu berbeda’ Hye Ra sudah mengerti maksud dengan kalimat ini. Cinta itu penuh tekad dan pengorbanan, kalau suka? Itu hanya sifat asli manusia, maklum saja manusia suka pada seseorang, barang atau sebagainya. Rasa suka itu sangat mudah menghilang, seperti kita menyukai sebuah boneka, tapi jika kita sudah beranjak dewasa kita pasti melupakan boneka itu. Tapi jika Cinta, itu berbeda. Hye Ra sangat yakin itu.

”Hye Ra?”

”Ne? Ah.. mian” Jinki melenyapkan lamuan Hye Ra. Hye Ra mengerjap dan kembali pada topik yang dibahas Jinki. ” Begini…dari pertama kali kita bertemu…”

”Hyung! Hyung! Itu Hye Ra noona!” bisik Taemin bersembunyi di balik semak semak, tapat di belakang Hye Ra dan Jinki. ”Mwo?  Mana?” Minho celingukan dari semak semak itu. Setelah mengangkat kepalanya, matanya langsung terbuka lebar lebar. ”Hye Ra dan Jinki?” batinnya bertanya.

”Apa yang mereka lakukan? Aha! Aku tahu! Pasti namja bernama Jinki itu akan me-”

”Ssst! Hyung! Jangan ngomel dulu! Jangan sampai kita ketahuan” cegah Taemin dengan menempelkan telunjuknya ke bibir Jonghyun. Jonghyun hanya manyun , kemudian memperhatikan kedua orang itu seksama.

”Dari pertama kali kita bertemu, aku…aku sudah jatuh hati padamu” lanjut Jinki kemudian.

”Mwo?” sontak Hye Ra sangat terkejut. Ia tak menyangka selama ini Jinki meyukainya. Apalagi ini cinta pandangan pertama, sama sepertinya. Sontak jantung Hye Ra berdentum keras, ia menggigit bibirnya sembari menundukkan kapalanya.

”Aku mencintai mu Hye Ra….sudah 2 tahun kupendam perasaan ini, aku selalu memikirkanmu setiap saat, dan selalu ingin bertemu denganmu.” tak disangka Jinki telah berlutut di hadapan Hye Ra. Lantas Hye Ra kaget. Ia menutup mulutnya yang sempat menganga. Jadi selama ini Jinki menyukaiku? – ucap Hye Ra dalam hati.

”Hye Ra…mau kah kamu menjadi yeojachinguku?” Jinki berlutut seraya menyodorkan sebuah buclet bunga mawar merah yang disembunyikannya tadi. Jinki mendongak dan menatap Hye Ra penuh harap.

”Mwo??? Orang itu? Orang sipit itu tidak bisa dibiarkan!!” bentak Jonghyun dibalik persembunyiannya. ”Ya ! Minho! Lakukan sesuatu! Calon istrimu di rebut oleh orang lain!” Jonghyun mengguncang bahu Minho. Tampaknya yang paling frustasi adalah Jonghyun. ”noona…”desah Taemin. Ia mendengar dan melihat semuanya, Taemin sangat terkejut. Wajahnya masih shock dan tidak bisa menerima semua ini.

”Hye Ra…” sahut Minho tertahan, matanya yang tadi membelalak kini terlihat sayu dan berair. Mendengar itu membuat Minho terasa ingin remuk. Entah kenapa rasanya sangat sakit , jelas –jelas Hye Ra belum menjawabnya, tapi hatinya begitu lemah mendengarnya. Namun sepertinya Minho ingin melihat semuanya.

”Aku….aku..” lidah Hye Ra terasa kelu. Bibirnya mendadak tidak bisa di gerakkan. Jiwanya penuh keraguan. Tunggu! Kenapa harus ragu?  Bukankah ia menyukai Jinki? Kenapa sekarang ia meragukan hal itu.

Hye Ra kembali menunduk dalam, tak mampu melihat tatapan Jinki. Rasanya sakit. Dan tanpa disengaja, ia melirik cincin yang terpasang di jari manis tangan kirinya. Cincin itu yang diberikan Minho saat acara tunangan kemarin. Lantas Hye Ra mengingat Minho, tepatnya mengingat di acara pesta disaat ia berdansa dengan Minho. Disana ia lebih merasakan kehangatan dan kenyamanan, juga selama itu jantungnya tak henti berdebar. Apakah   itu artinya?

”Ba-bagaimana Hye Ra? Kamu mau menerimaku?” tanya Jinki kembali membuat Hye Ra tertegun. Ia menatap kedua bola mata Jinki. Mata yang bertahun tahun ini ia sukai dan kagumi. Jinki tersenyum. Dan senyum itu sebab Hye Ra menyukainya selama bertahun-tahun pula. Hye Ra memejamkan matanya, merasa dirinya tidak yakin.

”aku…aku juga menyukaimu…”

T.B.C

Yaa!! Gimana? Iini sudah part 7! Kepanjangan FF ini ya? Hahaha kayaknya aku terlalu berbelit-belit, benarkan?

Hmmm yasudah..untuk para reader, sudah membaca langsung komen ya?
gomawo ^^v

Satu respons untuk “Secretly Love – Part 7

Tinggalkan komentar